Proses perubahan sosial terjadi karena adanya faktor-faktor
tertentu baik yang berasal dari dalam masyarakat (internal) maupun yang berasal
dari luar masyarakat (eksternal).
1.
Faktor Internal, terbagi menjadi empat bagian,
yaitu :
a.
Teknologi
Yaitu informasi cara penggunaan
sumber-sumber material dari lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
manusia. Menurut Veblen, perkembangan masyarakat sangat ditentukan oleh
teknologi. Sebagai contoh, hadirnya teknologi dalam bidang komunikasi yaitu televisi
telah mempengaruhi pola kehidupan masyarakat sehari-hari. Mulai dari gaya
berpakaian, informasi yang didapat bahkan gaya hidupnya.
Kehadiran teknologi membuat
masyarakat optimis karena mereka percaya teknologi membawa mereka menuju hidup
yang lebih baik lagi. Namun, pandangan ini tidak sepenuhnya benar. Sering kali
dengan hadirnya teknologi, masalah yang dihadapi manusia semakin kompleks.
Contohnya, pencemaran lingkungan akibat limbah pabrik industri.
b.
Inovasi
Mengoptimalkan penggunaan
sumber-sumber yang ada (alam, energi, modal, tenaga kerja atau teknologi)
sedemikian rupa, hingga terbentuk sistem produksi baru yang mampu menghasilkan
produk-produk baru.
Invention ≠ Discovery.
Discovery merupakan penemuan
pengetahuan atau informasi baru.
Invention merupakan pengetahuan
atau informasi baru yang sudah diterapkan dalam masyarakat.
Dilihat dari segi sadar dan tidak
sadarnya, inovasi dibagi menjadi dua, yaitu unconscious invention dan conscious
invention.
Lalu, ada juga basic invention
yang merupakan penggunaan prinsip atau pengkombinasian sejumlah prinsip baru
dan improving invention yang merupakan perubahan dari pola yang sudah ada.
Faktor-faktor yang mendorong
terjadinya inovasi menurut Koentjaraningrat :
-
Kesadaran adanya kekurangan dalam kebudayaan.
-
Mutu keahlian dalam suatu kebudayaan.
-
Sistem perangsang bagi kegiatan mencipta.
c.
Konflik
Konflik dan perubahan sosial
memiliki hubungan timbal balik. Umumnya konflik akan menimbulkan perubahan sosial,
demikian pula perubahan sosial akan menimbulkan konflik.
Namun, tidak semua perubahan sosial
menimbulkan konflik. Hal ini disebabkan karena:
-
Perubahan sosial tersebut tidak merusak dan
membuang pola kebudayaan yang sudah ada, melainkan menggabungkannya dengan yang
baru.
-
Tidak adanya kesenjangan budaya, karena krisis
ekonomi yang terjadi segera digantikan oleh kesempatan kerja baru.
-
Perubahan tersebut berhasil meningkatkan gengsi sosial-ekonomi.
-
Tidak ada penilaian superior atau inferior atas
pola budaya baru dengan pola budaya yang lama.
d.
Pertumbuhan Penduduk
-
Semakin
tinggi tingkat pertumbuhan penduduk di suatu wilayah, semakin tinggi pula
kebutuhan dan masalah baru yang muncul. Hal ini akan mendorong munculnya upaya
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah tersebut.
2.
Faktor Eksternal terbagi menjadi dua bagian,
yaitu :
a.
Perubahan Sosial Karena Faktor Alam Sekitar. Karena kehidupan masyarakat erat dengan lingkungan alamnya, maka ketika terjadi
perubahan sosial yang disebabkan karena kerusakan lingkungan alam, kehidupan sosial
masyarakat juga ikut berubah.
Untuk menyelamatkan kondisi alam sekitarnya,
masyarakat mengembangkan pola kehidupan ecosentric (kehidupan yang makin peduli
dengan alam). Contoh : konservasi sumber-sumber alam tak terbarukan,
memperkecil pemborosan pemakaian sumber daya alam, dan mengontrol pertumbuhan
penduduk.
2.
Perubahan Sosial Karena Faktor Masyarakat Lain.
Perubahan ini bisa disebut akulturasi apabila ada dua kebudayaan bercampur
menjadi satu namun masih memiliki ciri khasnya masing-masing. Akulturasi
disebabkan dari migrasi, perdagangan, koloni, pariwisata, penyebaran agama,
penaklukan, pendidikan atau media massa. Proses akulturasi dapat menimbulkan
empat kemungkinan sebagai berikut :
-
Pengasingan.
-
Reorientasi.
-
Penguatan kembali.
-
Penataan kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar